Coretan tentang sekitar 1.0

Beberapa hari ini aku lagi semangat untuk baca-baca berita tentang ekonomi, mungkin pengaruh pengen sekolah lagi, yang entah kenapa interest belajar ekomoni makro-mikro-wilayah-dan sejenisnya. Pas lagi baca handbook ya bappenas tentang penguatan ekonomi daerah, tetiba terpikir akan pengelolaan pasar. Terasa random thinking ya, tapi itu terlintas karena ibu cerita, pasar tradisional itu sepi banget sekarang. Entah pengaruh pasar modern, entah karena kondisi ekonomi jadi daya beli masyarakat turun atau memang pasar tradisional sudah gak menarik lagi buat dikunjungi, karena tempatnya atau karena ga prestige. 

Lalu ibu kembali cerita bahwa pasar tempat berjualannya lagi direnovasi, pedagang-pedagang yang ada diluar pasar dan pinggir jalan disuruh masuk semua, dan ternyata tetep diminta uang sewa dengan jumlah yang beragam. Menjadi pertanyaan karena, para pedagang ini tidak memiliki hak kepemilikan blok jualan, jadi kemana uang sewa tersebut?

Banyak banget cerita tentang pasar, karena memang ibu jualan dipasar, bapak dulu awal PNS, jadi staff di dinas pasar. Dan di jogja ini masih banyak pasar tradisional, masih rame juga kok kalo pagi, meskipun aku ga tau ya klo penjualnya merasa penjualan mereka turun dan turun terus. Ada karakter sosial yang muncul di pasar tradisional, mulai dari karakter barang yang dijual ataupun weton hari jawa yang menjadi hari aktifnya beberapa pasar tradisional di jogja. 

Dari cerita-cerita tentang pasar, aku jadi terpikir, UPT pasar itu diajarin pengelolaan ga sih? Diajarin dong dan pasti udah tau gimana ngelola pasar. Harusnya. Namanya aja Unit Pengelolaan Terpadu. Okelah kalo pengelolaan sampai sekarang masih belum maksimal, tapi sudah ada yang wajib dan bertanggungjawab untuk itu. Nah sekarang, ada ga sih UPT itu ngajarin inovasi marketing ke pedagang pasar? Karena banyak sekali kita lihat para pedagang ini jualan itu-itu aja, dan begitu-begitu aja. Meskipun mereka sebenernya udah punya “ilmu marketing” sendiri. Tetapi, dengan masukan, ide, advokasi inovasi marketing, yang tentunya gak berat-berat banget inovasinya,bisa sedikit membantu agar para pedagang lebih berkembang. Sangat sulit, itu pasti, karena mereka sudah punya pakem sendiri dalam berdagang. Dan kaallaauu, kalaauu ni Kota Jogja mau ada 1 pasar percontohan buat mengembangkan manajemen, pengelolaan dan inovasi marketing pasar tradisional, bisa jadi pencerahan buat pasar-pasar lain. Selain untuk mempertahankan pasar tradisional, membantu pedagang untuk tetap memiliki pasarnya dan menarik masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar tradisional.

Ada satu kegiatan, entah apa namanya ya, mungkin bisa dibilang gerakan keren di jogja, namanya Sekolah Pasar Rakyat. Jadi, Sekolah Pasar Rakyat itu ternyata diinisiasi oleh Pusat Studi Ekonomi kerakyatan UGM yang sebelumnya menemukan dampak dari ekspansi Pasar Modern di jogja. Gerakan ini sudah ada sejak tahun 2011 dengan kegiatan seperti kelas pasar, klinik pasar dan pendidikan konsumen. Diharapkan dengan kegiatan tersebut dapat membantu pedagang meningkatkan daya jualnya, menyelesaikan masalah yang dihadapi, kemudian klinik pasar sebagai kegiatan lanjutan dari kelas pasar yang dilakukan selama 6 bulan di setiap tingkatannya. Kemudian, pendidikan konsumen bertujuan untuk mengadvokasi masyarakat agar tidak meninggalkan dan terus bertransaksi di pasar tradisional. Saat ini sudah ada 10 pasar yang aktif dalam kegiatan Sekolah Pasar Rakyat. Semoga gerakan ini terus disebarkan ke berbagai pasar di seluruh wilayah di indonesia, dan tidak hanya berhenti di jogjakarta. Semoga 

Komentar