Sepenggal Cerita : PUSPA

Puspa, anak ke 2 dari 4 bersaudara. Gadis keturunan Sunda-Minangkabau ini hidup dalam keluarga besar yang beragam. Dia anak yang ceria, bawel, dan supel, meskipun sebenarnya dia menyimpan rasa sakit dan berat dalam hidupnya.  Keluarganya baik-baik saja awalnya. Sang kakak sejak remaja ikut om nya di Ambon, untuk disekolahkan disana. Kebetulan sang paman adalah salah satu pejabat daerah disana. Dengan harapan, akan ada masa depan yang baik bagi sang kakak. Namun, kondisi berkata lain. Karena sebuah pertengkaran dengan sang paman, sang kakak memilih keluar rumah dan hidup mandiri dengan bekerja dan sekolah. Setelah berpuluh tahun, dengan kesabaran dan kekuatannya, sang kakak telah memiliki pekerjaan yang baik di sebuah Hotel di Jayapura.

Semenjak sang kakak pergi, dikeluarga Puspa menjadi anak tertua dari 2 orang adek perempuannya. Seperti anak-anak yang lain, Puspa menginginkan keluarga yang penuh kasih sayang, bahagia, dan penuh cinta. Namun, rasanya itu sulit. Orang tuanya sering bertengkar. Dan Puspa melihat pertengkaran itu. Sampai pada akhirnya, orang tua nya memutuskan untuk bercerai. Waktu itu, dia masih SMA. Dia masih tidak paham dengan apa yang diputuskan orang tuanya. Dia tidak paham kenapa pernikahan 20 tahun selesai begitu saja. Waktu yang tidaklah sebentar. Anak-anak sudah besar. Apa yang menjadi pikiran orang tua untuk berpisah? Puspa marah, sedih, menangis. Dia tak bisa berbuat banyak.

Setelah perpisahan orang tuanya, Puspa tinggal bersama ayah dan adek pertamanya. Sedangkan adek keduanya dibawa sang ibu. Puspa bukanlah anak yang suka main , dia adalah anak rumahan. Meskipun, bukan berarti dia tidak mengenal dunia malam, tidak mengenal pergaulan diluar. Dia tau atau bahkan pernah menikmati dunia malam, setelah sepupunya yang mengajaknya pergi ke sebuah club. Cerita tentang sepupunya, akan diceritakan dalam “Sepanggal Cerita” berikutnya.

Lulus dari SMA, Puspa kuliah ambil D3 Akuntansi di sebuah kampus swasta. Di masa kuliah itu, Puspa bekerja sebagai SPG Parfume. Dia sangat hafal wangi-wangi parfume. Dia tau mana parfume asli atau KW. Dia tau trick nakal penjual dan SPG parfume. Dari bekerja itu, hasilnya bisa buat hidup dia sendiri dan bahkan untuk adek-adeknya. Sampai pada akhirnya di bekerja di kantor pemerintahan, yang kebetulan Om nya menjadi pejabat disana. Penghasilan per bulannya cukup lumayan. Namun, karena bekerja, Puspa jadi lupa dengan kuliahnya. Dia terlambat menyelesaikan kuliahnya.

Bekerja di tempat  yang nyaman, penghasilan yang baik, menjadikan Puspa menjadi sasaran permintaan adek-adeknya, bahkan ibu nya. Jika gadis lain, yang bekerja, masih single – belom menikah, akan menghabiskan waktu dan uangnya untuk bermain-main dengan teman-temannya. Tapi tidak bagi Puspa. Dia harus bisa berbagai apa yang dia punya untuk diberikan kepada adek-adek dan ibu nya. Setelah bercerai, ibunya menikah sirri dengan suaminya dan sekarang ini tinggal dirumah kontrakan sederhana. Suaminya bekerja serabutan, dan sang ibu membuka warung kecil didepan kontrakan. Puspa tau bagaimana kondisi ibunya. Dia tak kuasa menolak apa yang dikatakan ibunya.


Perpisahan orang tuanya sangat berbekas di hati dan pikiran Puspa. Bahkan, Puspa masih berharap mereka kembali bersatu. Apa yang terjadi pada orang tuanya, apa yang dia alami, sangat berpengaruh pada psikologi nya. Dia seperti takut akan sebuah pernikahan. Dia takut ada pertengkaran, dia takut dihianati, dia takut ada perpisahan. Puspa pernah menjalin hubungan cukup lama, sekitar 3 tahun dengan seorang lelaki. Sampai pada akhirnya mereka berpisah karena sang lelaki menghianatinya, dia menjalin hubungan dengan perempuan lain sampai menghasilkan anak. Dari kejadian-kejadian yang dia alamai, Puspa seperti takut. Dia takut itu semua terulang dalam hidupnya. Dia ingin bahagia. Dia ingin menikah, memiliki keturunan, ingin menjadi istri sholehah dan ingin keluarga yang bahagia. Dan saat ini, dia masih menjalani kehidupan, mengalir apa yang dikendaki Tuhan. Dia masih mencari kebahagiaan. 

"Bersyukurlah kamu yang memiliki keluarga yang utuh, keluarga yang lengkap, melewati masa anak-remaja-bahkan dewasa bersama-sama. Mereka sehat adalah anugerah. Senyum mereka adalah kebahagiaan. Orang tua adalah berkah terbesar bagi anak, dan anak adalah berkah terindah bagi orang tua. Lantunan doa selalu teriring untuk dan oleh mereka : orang tua dan anak"

Komentar